Header Ads Widget

Jangan mengeluh dengan keadaan



Hidup yang berkecukupan

Coba kita kembali mengingat kehidupan kita di masa lampau atau mendengar cerita kakek nenek kita yang hidup di masa sebelum masuk pada masa  sekarang dengan berbagai permasalahan yang kita alami seperti hari ini. 

Siang orang tua sibuk mengurus kebunnya, anak-anak bermain dengan teman pergaulannya. Malam hanya di temani bulan dan beberapa lampu pelita untuk melakukan setiap aktivitasnya.

Saat itu kehidupan tidak selengkap saat ini. Hidup di daerah perkebunan, tidak ada kendaraan yang lalu lalang, Makanan seadanya, minum cukup air putih, kopi maupun teh, itu cukup ! Namun tidak pernah kita mendengar mereka mengeluh dengan keadaannya.

Tidak ada yang berpikir bahwa kenapa hidupku penuh kekurangan. Anak-anak pun demikian, tidak mengeluh karena tidak dibelikan sebuah smart phone, cukup dengan mobil-mobilan yang terbuat dari kayu yang dimainkan dengan cara didorong dengan tongkat yang cukup panjang,  jadilah kebun tersebut wahana bermain bagi mereka.

Kita tidak melihat anak-anak berkumpul untuk bermain game online, meminta pulsa pada kedua orang tuanya, atau bertengkar karena tidak dibelikan smart phone. Anak-anak lebih suka belajar walaupun masih menggunakan lampu pijar, atau lampu pelita.

"Dalam kamus orang-orang yang sudah memasuki keheningan, sekaya apapun anda akan tetap miskin tanpa ada rasa berkecukupan"
(Gede Prama)

Menurut beliau seorang penulis dan motivator Indonesia, sekaya apapun tidak lah berarti apa-apa jika selalu merasa berkekurangan dan tidak memiliki rasa berkecukupan.

Dalam teori ekonomi manusia tidak akan pernah puas dalam kehidupannya, saat suatu kebutuhan telah terpenuhi makan akan muncul kebutuhan-kebutuhan lainnya. Sehingga manusia disebut makhluk ekonomi.

Sifat mengeluh selalu melekat pada manusia, itu tidaklah salah tapi kadang seseorang walaupun sudah tercukupi semua kebutuhannya tapi masih tetap mengeluh, ingin ini dan itu dan yang lainnya, mengapa? 

Penyebabnya bisa datang dari diri mereka sendiri. Saat seseorang melihat tetangganya membeli sebuah motor baru, akan muncul dalam benaknya "saya juga harus punya motor baru"  hal ini akan terus berlanjut selama dia tidak mengubah sifatnya. Terlalu sering nonton kehidupan orang- orang yang punya segudang uang dengan kehidupan yang glamour juga bisa membuat kita merasa seakan penuh kekuarangan.

Cobalah beberapa saat kita perhatikan orang-orang yang benar-benar punya kekurangan, yang tinggal di pinggir jalan, tidur di emperan toko, kehujanan, kadang diperlakukan tidak baik oleh orang-orang sekitar. 

Apabila kita merenungi semua itu akan banyak hikmah yang bisa kita dapatkan. Misalnya, saat kita merasa bosan dengan makanan kita yang selalu sama, maka renungkan apabila kamu hanya bisa makan sehari sekali, itupun hasil kasihan dari orang lain, kira-kira apakah kamu bisa bertahan hidup seperti itu ?

Dari peristiwa tersebut tidakkah kita merasa hidup kita sudah berkecukupan, atau bahkan sangat cukup, sehingga sangat berlebihan rasanya apabila kita masih mengeluh dengan kehidupan yang kita jalani hari ini.


Sudahkah kita bersyukur ?

Hari ini kamu masih bisa bernapas dan mendapat oksigen secara gratis ? 

Kalau iya, apakah kamu sudah bersyukur ?

Kita masih sering mengeluh pada keadaan kita saat ini ?

Seseorang akan selalu mengeluh sebab dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi tanpa dia sadari banyak hal yang sudah dia terima namun karena pikirannya teralihkan oleh ego akan keinginannya yang belum dicapai sehingga dia lupa bahwa sudah terlalu banyak yang ia dapatkan.

Jika kita merenung lebih dalam, begitu banyak nikmat yang  sudah kita dapatkan selama kehidupan ini, salah satu contohnya ialah kesehatan. Kesehatan menjadi hal penting dalam hidup, ketika seseorang dalam keadaan sehat semua aktivitas bisa dilakukan dengan tenang, namun saat seseorang dalam keadaan sakit, makanan pun sudah tidak enak.

Mengenai rasa syukur Allah menekankan dalam Al-Qur'an dalam surah An-nahl ayat 18, yang artinya:

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Qs. An Nahl: 18].

Begitu banyak nikmat yag Allah berikan kepada kita.Tubuh yang diciptkan dengan sempurna, dari struktur yang kecil hingga yang besar, dari yang terlihat hingga yang tak terlihat, terlalu banyak sudah sehingga kita tidak akan pernah bisa menghitung nikmat apa saja yang sudah Allah berikan kepada kita. 

Pernahkah kita dengar kisah Abu Nawas yang didatangi oleh seseorang yang merasa rumahnya terlalu sempit untuk ia dan keluarganya tinggali.

Singkat cerita dia datang kerumah abunawas dan meminta saran darinya. Abu nawas pun meberikan sebuah saran yang tidak masuk akal, dia menyarankan agar lelaki tadi menempatkan seekor domba di rumahnya, karena dia tidak memiliki seekor domba, lelaki ini pun membeli dan menempatkan domba tersebut di dalam rumahnya.

Beberapa hari kemudian orang tersebut datang kembali ke rumah Abu Nawas. Dia mengeluh, bukannya rumahnya semakin nyaman malah membuat rumahnya semakin sempit. Tapi apa reaksi Abu Nawas? Dia menyuruh laki-laki itu untuk membeli lagi beberapa ekor unggas, dan si pria tadi tidak membantah dan membeli unggas untuk dibawa ke rumahnya.

Beberapa hari kemudian dia kembali lagi menenmui Abu Nawas, kali ini lebih parah hingga membuat rumah semakin sempit  dan tidak nyaman. Abu Nawas memberi saran lagi dengan membeli seekor anak unta, si pria tadi tak membantah dan membeli seekor anak unta lalu ia bawa pulang. 

Setelah menambah satu ekor unta di rumah mereka, semuanya berubah menjadi lebih mengerikan, si pria mengeluh kepada Abu Nawas karena dia sudah putus asa.

Setelah itu Abu Nawas menyuruh pria ini untuk menjual unta yang dia beli, si pria ini pun menurutinya. Setelah beberapa hari Abu Nawas datang di rumah pria tadi dan menanyakan keadaan keluarganya, si pria pun menjawab dia cukup lega karena rumahnya semakin luas.

Setelah itu Abu Nawas menyuruh si pria menjual lagi beberapa ekor unggas yang ia beli, si pria itu pun menurutinya dan mrnjual unggas-unggas tersebut.

Setelah iti Abu Nawas kembali bertanya perihal keluarganya, si pria menjawab dengan ceria bahwa rumahnya semakin nyaman dengan perginya unggas-unggas tetsebut.

Abu Nawas pun menyuruh si pria untuk menjual lagi domba yang ia beli, seperti sebelumnya si pria langsung menjual domba tersebut. Beberapa hari kemudia Abinawas bertamu kerumahnya dan bertanya lagi tentang keluarga si pria. Pria tersebut menjawab bahwa keadaan rumahnya semakin luas dan keluarganya semakin bahagia dengan hilangya hewan-hewan tadi.

"Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu bersyukur atas nikmat dari Tuhan maka Tuhan akan mencabut kesempitan dalam hati dan pikiranmu." (Abu Nawas)

Dari kisah di atas kita belajar bahwa bersukur menjadi kunci kebahagian, dan mengeluh bukanlah jalan keluar dari segala masalah yang kita hadapi.

Referensi :

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan

Keluh kesah orang awam ditengah belenggu covid-19 | Pucuk Bacaan