Header Ads Widget

Menunggu Fajar Datang (Part 1)


Pisau, korek dan kucing

Ku hitung hari ini umurku sudah 21 tahun dan aku terdampar di pulau ini sekitar 2 minggu yang lalu. Teman-teman yang lain terbawa entah ke mana, mungkin selamat sepertiku atau mati dilahap ombak besar yang kala itu menghantam kapal kami. Saat itu aku hanya bisa terdiam melihat alam sekitar ketika ku bangun dari tidur panjangku akibat ayunan ombak besar. Aku duduk sejenak memikirkan apa yang menimpa kami saat di kapal tadi malam, namun itu tak menyelesaikan masalah. Ku coba bangkit dan mencari apa yang bisa kugunakan, yang aku temukan hanya  sebilah pisau yang biasa ku gunakan memotong ikan. Tidak ku sia-siakan! pisau itu kugunakan untuk menunjang hidupku selama di rumah baru yang tak pernah ku impikan ini.

Hal pertama yang ku pikirkan adalah makanan. Iya, makanan ! Jadi sebelum malam tiba aku harus segera mencari bahan makanan agar tidak kelaparan. Ku coba masuk ke dalam hutan dan mengais apa saja yang bisa ku makan. 

Setelah itu aku mencari kayu bakar untuk membuat api, namun aku lupa bahwa tak ada korek maka tak ada api. ah, bego ! Dengan pisau kecil ini aku mengumpulkan ranting dan daun, setidaknya saya bisa tidur di atas daun. Setelah terkumpul semua, saya duduk di atas lantai kusut yang terbuat dari daun tersebut dan coba berpikir bagaimana membuat api.

Sudah beberapa menit saya terduduk tanpa ada satupun jalan keluar yang saya pikirkan. Hari sudah semakin gelap, ingin ku coba kembali di zaman purba, awal mereka menemukan api dengan menggesekkan batu tapi, ah saya terlalu lelah. Hingga malam aku hanya bisa terdiam, dan menatap langit yang dipenuhi awan. 

Semakin ku pandang langit tersebut semakin ku ingat masa sebelum saya hanyut dan tak sadat air mataku mengalir. "Iyah mungkin ini musibah" ku coba menenangkan diri. Namun yang membuat ku tidak tenang adalah sifatku yang penakut. Dari kecil aku sangat takut apabila ditinggal sendirian di kegelapan dan kini akulah yang meninggalkan mereka untuk diam dalam kegelapan, aku terus bergelut dengan rasa takutku, entah ada yang mengawasiku atau ini hanya rasa takutku yang terlalu berlebihan ? 

Malam itu terasa sangat panjang,  karena terlalu takut aku hanya bisa duduk hingga sinar fajar tiba. Saat matahari mulai terang aku yang semalaman tak bisa tidur tanpa sadar terbaring dan tidur di atas daun-daun yang ku ambil kemarin.

Panasnya matahari membangunkaku, aku merasa lapar dan ku ambil beberpa buah yang aku dapat dari hutan kemarin walaupun aku tidak tau buah apa yang aku ambil.  karena ku lihat ada bekas gigitan jadi kupikir ini tidak beracun. Ku coba menggigitnya ternyata cukup manis. Setelah makan aku coba melihat kembali sekeliling pulau, mungkin ada barang-barang kami yang terbawa arus. Benar saja, entah ini keberuntungan atau ini rencana tuhan yang pasti aku mendapatkan sebuah korek api yang masih bagus. Tapi apa selanjutnya ? Pikir ku.

Apakah aku harus buat tanda pertolongan ?" Atau apa ? Ah, aku bingung !

Ku putuskan untuk mencari kayu dan daun lagi agar ku bisa membuat sebuah pondok kecil. Ku mulai lagi masuk ke hutan untuk mencari semua yang ku butuhkan. Di tengah pencarianku, aku mendengar suara berisik di semak-semak, ku pikir itu adalah sebuah eh seekor ular atau hewan buas lainnya. Aku hanya memegang sebuah pisau, lebih baik aku lari saja" pikirku. Aku pun memutuskan untuk kembali ke pantai dengan memegang kayu dan daun yang sudah aku ambil. Di tengah perjalanan, aku merasa ada yang mengikuti dari belakang, ku ingin menoleh tapi terlalu takut. Jadi aku terus berlari hingga akhirnya aku sampai di pantai.

Hari masih siang, aku membuat pondok kecil itu dengan cepat. Setelah jadi, aku mencari hewan laut apapun yang bisa aku jadikan makanan. Ku cari setiap lubang kepiting, aku juga mengumpulkan beberapa kerang, setelah ku rasa cukup aku kembali. Sesampainya di pondok kecilku, aku mulai membuat api dan membakar beberapa kepiting karena beberapa lagi ku simpan untuk malam.
 
Nak, bangun ! ibu sudah buatkan sup kesukaanmu !

Ah sial, hanya mimpi !

Aku terbangun dari tidurku, ternyata aku tertidur karena terlalu lelah. Ku perhatikan sekitar ternyata hari sudah gelap, lalu ku pikir "aku harus membuat api !" Aku mengambil beberapa ranting dan daun kering setelah itu kunyalakan api tersebut. Seperti biasa aku terlalu takut dan aku selalu merasa ada yang mengawasiku. Ku selalu melirik ke arah hutan, benar saja ku dengar lagi hal yang menggangguku siang tadi. Ku pegang pisau kecilku dan tak kualihkan perhatianku dari hutan tersebut.

Kemudian aku melihat sosok hewan keluar dari rumput. "Singa, anjing liar, harimau" pikiranku semakin liar karena di sana terlalu gelap. Tapi hewan itu terus mendekat dan ternyata itu adalah seekor kucing yang dari siang tadi mengikutiku.

Entah dari mana datangnya, tapi dia mengurangi rasa takutku di malam ini. Aku pun membakar beberapa kepiting yang ku simpan tadi dan kali ini aku tidak makan sendiri, si kucing juga sangat lapar hingga dia makan begitu lahap. 

Setelah makan aku duduk dan si kucing menghampiri dan duduk di pangkuanku,      " kamu pasti kedinginan ya" ucapku. Ah, Setidaknya kali ini bukan lagi aku tapi kami. 

Sepanjang malam aku terus memandangi lautan, berharap ada kapal yang lewat. Sambil menunggu kapal yang lewat aku kembali memikirkan semua keluargaku yang saat ini mungkin sedang sedih karena aku belum ada kabar lagi.

Tapi apa yang bisa ku buat di tempat asing seperti ini. Aku hanya bisa bersyukur karena tuhan karena masih di beri kehidupan dan kali ini mengirimiku seekor kucing hingga rasa takutku bisa ku kendalikan. Langit kali ini cukup cerah ya ! " ucapku pada si kucing, dia hanya bisa mengeong manja karena kedinginan.

Hari ini adalah hari ke- 2 aku menjalani hidup di tanah asing ini. Tapi aku harus bisa bertahan!" Pikirku. Tak ada lagi kisah cinta, makanan enak, tidur nyaman, bermain futsal, hingga berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. 

Rasanya ini seperti khayalanku waktu kecil, aku ingin hidup di pulau terpencil dan tak berpenghuni, agar aku tak di marahi oleh ayahku atau di ganggu oleh kakakku. Kini itu terwujud. Iya, itu terwujud !.

Hari semakin malam dan si kucing masih saja asik duduk di pangkuanku, akupun merasa bahagia karena dia mau menemaniku atau mungkin selama ini dia tetsesat dan tak ada yang menemaninya hingga dia sangat senang saat saya datang. "Ah mungkin saya di sini karena doa si kucing"! Pikirku merasa lucu.

Malam masih sangat panjang namun aku sudah terlalu mengantuk kami pun tidur di pondok tak berdinding tersebut, berharap besok akan ada yang datang menolong.

Posting Komentar

7 Komentar

Entri yang Diunggulkan

Keluh kesah orang awam ditengah belenggu covid-19 | Pucuk Bacaan