Header Ads Widget

Menunggu Fajar Datang (Part 4)


Fajar yang sebenarnya dan musibah yang sangat berat

Hari ke-5

Aku terbangun dan hatiku kembali tenang. Hari ini cukup terang, matahari masih memberi cahayanya. Aku harus kembali ke tempat kemarin untuk mencari orang tersebut, aku punya firasat dia akan kembali walaupun aku tidak tau kapan dia akan kembali. Aku bangun dari tempat tidurku dan menyusuri pantai hingga ke balik tebing dan aku hanya bisa melihat hamparan pantai tanpa ada orang disana. Aku sedikit kecewa karena hal itu. 

Sekarang aku hanya bisa memandangi seluruh keindahan yang ada di pulau ini dari udaranya yang segar, pemandangannya yang indah, pasirnya yang putih, lautnya yang biru, matahari yang hangat dan si kucing yang selalu menemaniku.

Namun kini aku sadar bahwa fajar yang aku tunggu-tunggu sebenarnya bukanlah mentari yang datang pada waktu dia naik dari persembunyiannya dengan warnanya yang indah dan cahayanya yang hangat, tapi yang sebenarnya ada di hatiku dan selalu kutunggu kedatangannya adalah keluargaku. Aku hanya berharap mereka akan datang dan tersenyum kepadaku seraya berkata " nak ayo pulang". Ahh air mataku kembali menetes.

Aku harus bertahan di pulau yang asing ini. Aku yakin mereka akan datang dan menjemputku pulang. Aku harus tetap hidup! 

Karena hari cukup panas dan aku kehausan. Pertama aku harus ke mata air yang pernah aku temukan  saat awal-awal aku terdampar di sini. Tempatnya tidak jauh dari pondok yang aku buat, si kucing juga sepertinya sangat kehausan jadi kami putuskan untuk ke sana terlebih dahulu. Setelah minum aku akan masuk ke hutan untuk mencari bahan makanan.

Kami pun langsung ke hutan dan mencari bahan makanan yang baru dan bisa membuatku merasa lebih kenyang. Aku pun langsung menuju ke arah hutan dan si kucing juga ikut. Aku mulai memandangi seluruh isi hutan namun tak satupun kulihat ada buah yang dapat ku makan. Aku terus berjalan menyusuri hutan sembari menengok kiri dan kanan, sesekali aku menoleh ke belakang.

Tak sengaja kakiku menginjak sesuatu, aku kira itu adalah sebuah batang pohon yang sudah mati, saat kulihat kearah kakiku, tiba-tiba aku merasa ada yang menggigit tanganku dari belakang dan rasanya sangat sakit. Setelah kulihat ternyata itu adalah seekor ular yang cukup besar sedang menggigit tanganku dengan keras, aku berusaha melepasnya namun gigitannya terlalu kuat. Badannya mulai melilit kakiku, aku merasa kesakitan, " tolooongg" . Tak ada satupun yang mendengar, si kucing walaupun badannya kecil namun dia berusaha menggigit kulit ular yang licin itu. 

Aku berusaha mengambil pisau yang kujatuhkan saat aku kaget karena gigitan ular tadi, namun ular ini terus melilit kakiku dengan keras hingga aku merasa tulang kakiku akan patah. Aku berpikir ini akan menjadi akhir hidupku! 

Sebelum aku mati aku harus terus berusaha untuk keluar dari gigitan ular ini" pikirku. karena tak bisa menjangkau pisauku, aku mengambil sebuah ranting kecil, kupatahkan ujungnya, tanpa pikir panjang kutusuk mata ular tersebut. Ternyata usaha itu membuahkan hasil, ular tersebut merasa kesakitan dan memutuskan untuk melepaskanku dan pergi menjauh. Ahh selamat" pikirku. Masalah tak berhenti di situ, dari tanganku keluar darah dan kakiku hampir tidak bisa kugerakkan. 

Aku merobek pakaianku dan menutupi luka yang disebabkan ular tadi, tapi aku sedikit lega karena ular itu adalah piton yang tak memiliki racun. Tapi aku masih merasa kakiku belum bisa kugerakkan dan akhirnya aku pingsan karena tak bisa menahan rasa sakit.

Aku terbangun saat hari mulai gelap, si kucing masih terus berjaga hingga aku bangun. Aku berusaha untuk mengerakkan kakiku walaupun rasanya sangat sakit, aku berusaha berjalan dengan mengambil sebuah tongkat kayu untuk menopang tubuhku. Kami harus pulang " pikirku. Perjalanan yang kami lakukan pun cukup jauh. Tapi aku harus terus berjalan dengan rasa sakit yang tak bisa kutahan, sepanjang jalan aku terus mengeram kesakitan. Walaupun dengan rasa sakit dan teriakan, namun pada akhirnya kami pun sampai di pantai, meskipun saat itu hari sudah gelap.

Sesampainya di sana aku membetulkan ikatan pada luka di tanganku dan kurebahkan badanku sembari berdoa semoga saat aku tidur nanti aku masih bisa terbangun. Lalu aku coba menutup mataku perlahah tapi pikiranku kembali terganggu oleh kenangan masa lalu dimana kedua orangtuaku selalu ada saat aku sedang kesulitan.

Itu membuatku sulit untuk tidur, dan lagi aku masih merasakan sakit pada kaki dan tanganku. Ini membuatku tambah pusing. Malam ini kami tidak bisa makan karena tak ada bahan makanan dan aku sulit untuk bergerak. Kami harus berpuasa hari ini dan aku tak bisa apa-apa, tidur pun sulit!

Ah, malam ini begitu cerah". Biasanya kalau malam begini aku akan makan semangkuk bakso. Tapi kali ini bergerak untuk makanpun sulit sebab kakiku terasa seperti retak karena lilitan ular yang cukup besar tadi, tanganku juga sepertinya sulit kugerakkan.

Semalaman aku terus merasakan sakit, dan hanya bisa termenung dalam keadaan terbaring. Mataku hanya bisa memandang ke arah laut, yang dapat ku lihat hanya kumpulan bintang dan bulan yang juga terlihat bayangannya di permukaan laut. Itu membuatku cukup lupa kalau badanku sedang sakit.

Si kucing masih juga belum tidur dan terus memandangiku, aku merasa dia seakan tahu apa yang sedang aku rasakan. Aku teringat sebelum aku pingsan dia terus memperhatikan sekitarku agar tak ada yang datang mengganggu saat aku pingsan. Bahkan dia mencoba untuk menggigit ular yang melilitku tadi. Ini membuatku merasa terharu, hewan sekalipun tuhan berikan insting untuk menjaga bahkan tidak hanya spesiesnya tapi manusia yang selalu menyiksa dan menelantarkannya sekalipun.

Aku sangat kelaparan si kucing juga pasti merasakannya, tapi tak ada yang bisa kami perbuat saat ini. Mungkin tak ada lagi harapan? Mungkin besok aku akan mati? Aku akan mati di tempat yang asing ini. 

Kapal yang terlihat dari kejauhan, tak mungkin melihat makhluk asing sepertiku apalagi sampai mau repot-repot kesini, ah mimpi ! Hanya itu yang bisa kupikirkan sekarang.

Aku semakin merasakan rasa ngantuk hingga akhirnya aku tertidur di tengah rasa sakit yang kurasakan.


Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan

Keluh kesah orang awam ditengah belenggu covid-19 | Pucuk Bacaan